Nurhayati, S.H.: Sarjana Tukang, Bukti Kegagalan Perguruan Tinggi Sekuler

Opini677 Views

RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Saat menyampaikan stadium generale pada acara wisuda 750 Sarjana dan Magister Universitas Islam Kediri (Sabtu, 21/12/2019), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD menyebutkan, dunia Perguruan Tinggi sedang menjadi “terdakwa” dari kekacauan tata kelola pemerintahan dan munculnya korupsi dimana-mana. (https://www.vivanews.com/berita/nasional/25933-mahfud-md-jadilah-sarjana-intelektual-bukan-sarjana-tukang?medium=autonext)

Menurut Mahfud, gugatan itu dilayangkan pada perguruan tinggi karena umumnya pelaku korupsi adalah sarjana yang merupakan produk dari perguruan tinggi. Pelaku korupsi umumnya sarjana tukang, keahliannya bisa diperdagangkan sesuai pesanan.

Mahfud berharap perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sarjana tapi juga mencetak intelektual. Menjadi ulul albab, orang yang cerdas dan mulia akhlak. Ia berharap lulusan Universitas Islam Kediri mampu melahirkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berakhlak tapi juga memiliki sikap inklusif, menerima perbedaan-perbedaan.

Menyikapi pernyataan Mahfud MD di tengah carut marut dunia pendidikan hari ini, mampukah Perguruan Tinggi mencetak generasi ulul albab? Pemuda berintelektual sekaligus cerdas dan berakhlak mulia.

Perguruan Tinggi Liberal Melahirkan Sarjana Tukang

Lembaga pendidikan adalah wadah terpercaya umat menempatkan anak-anaknya untuk mengenyam ilmu. Orang tua mempercayakan buah hatinya untuk dididik dengan harapan anaknya akan menjadi orang besar di masa depan. Hingga hari ini harapan itu tak berubah, orang tua masih menggantung harapan pada sekolah dan perguruan tinggi.

Sayangnya, tanpa sepengetahuan orang tua harapan itu tergadai. Cita-cita luhur pendidikan yang ingin mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak telah kalah oleh realitas kehidupan yang lebih memuja materi dan duniawi. Atas nama perkembangan jaman negara menggadai perguruan tinggi pada penjahat bernama “sekulerisme”. Dibawah komando sekulerisme, perguruan tinggi kehilangan orientasi luhurnya.

Karena itu, nampaknya tidak tahu diri ketika jajaran penguasa berharap lebih pada output perguruan tinggi hari ini tapi di saat yang sama penguasa melalui negara berlepas tangan dengan menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada swasta dan asing.

Lihatlah bagaimana kurikulum sekuler mengarahkan perguruan tinggi pro pasar dan negara yang mendukung kampus-kampus berprospek kerja. Dengan kondisi seperti ini, mustahil melahirkan sarjana berintelektualitas sekaligus berakhlak mulia.

Tidak heran jika perguruan tinggi sekuler melahirkan para sarjana tukang karena mengajarkan ilmu hanya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Ilmu yang dipelajari untuk menopang skill bekerja dan akan selalu fokus pada ambisi materi. Tidak ada tempat untuk belajar akhlak, bahkan porsi pelajaran agama diberikan sedikit sekali dan sangat terbatas.

Dengan pembatasan pelajaran agama, moral dan norma apa yang bisa dipelajari oleh mahasiswa semasa kuliah? Pelajaran agama adalah kunci seseorang menjadi paham dan miliki akhlak yang mulia. Tapi hari ini, pelajaran agama Islam tidak hanya dipinggirkan, ajarannya perlahan dihapus dan dijauhkan dari kurikulum pendidikan.

Oleh karena itu, seruan penguasa kepada mahasiswa bermayoritas muslim ini semestinya diikuti dengan pemberian porsi lebih untuk mempelajari syariah Islam, karena disanalah munci akhlak & intelektualitas yang sesungguhnya. Beri ruang anak bangsa untuk belajar Islam. Bukan hanya menyeru, meminta diberikan yang terbaik akan tetapi menggadai idealisme perguruan tinggi demi kepentingan pribadi.

Syariah Islam Mencetak Sarjana Berakhlak dan Berintelektual

Islam memiliki konsep pendidikan yang gambarannya jauh berbeda dengan konsep pendidikan sekuler hari ini. Asas yang menjadi pijakan kurikulum pendidikan adalah akidah Islam. Negara menjamin seluruh biaya para pelajar selama menyelesaikan studinya. Pendidikan diwajibkan dan diberikan secara cuma-cuma bagi semua orang. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi seluruh rakyat menjadi tugas dan tanggung jawab negara.

Islam juga selalu memberikan dorongan kepada manusia agar selalu menuntut ilmu. Dengan demikian, setiap metode yang digunakan harus selalu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yakni menjadi muslim sejati yang akan selalu menggunakan ilmu pengetahuannya dalam setiap sendi kehidupan. Setiap muslim memahami agama dan akidahnya, mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan.

Sehingga output pendidikan Islam tidak hanya melahirkan intelektualitas yang mahir ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga mencetak generasi yang berakhlak mulia sekaligus menguasai hukum-hukum Islam.

Sistem pendidikan berbasis Islam akan mencetak ilmuwan sekaligus ulama sekaliber Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Ibnu Haitsam, dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan dunia yang lahir dari rahim Islam.

Pendidikan Islam mengajarkan kepada para pelajar dan mahasiswa untuk merealisasikan ilmu yang berorientasi pada dunia dan akhirat. Peruntukkannya ialah untuk kemaslahatan umat dengan semata-mata mengharap ridho Allah. Sehingga orang yang berilmu itulah yang akan mendapat kedudukan yang lebih terhormat di sisi Allah. Tidak seperti hari ini yang segala-galanya di ukur dengan materi.

Demikianlah gambaran umum bagaimana sistem pendidikan Islam jika diterapkan. Kemajuan ilmu pengetahuan baik sosial maupun sains sekaligus ketinggian akhlak mulia hanya akan dapat tercapai dengan suatu model pendidikan yang baik dan benar. Tentu Islamlah yang mempunyai sistem pendidikan yang baik dan benar tersebut. Wallahu a’lam.[]

*Tinggal di Kaltim

Comment