Desi Wulan Sari, S.E, M.Si: Polemik: Antara Banjir Jakarta Dan Perairan Natuna

Opini625 Views

RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA -Musibah banjir yang sedang melanda negeri ini menjadi titik fokus masyarakat dalam mengatasi persoalan yang ada. Khususnya banjir yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitanya. Banjir ini seakan-akan peringatan sejenak dari yang maha kuasa atas kerusakan-kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia. Untuk mengevaluasi apa-apa yang telah dkerjakan banyak mrngandung kebaikan atau keburukan.

Seiring dengan perayaan pergantian tahun Baru 2020 lalu, inilah kado awal tahun Indonesia yaitu berupa hujan dan bencana banjir dasyat terburuk di Jakarta selama tujuh tahun terakhir.,

Banjir besar di wilayah Jakarta dan sekitanya membuat berbagai elemen masyarakat bergerak cepat membuka posko bantuan di berbagai titik. Rekening donasi dibuka untuk merangsang kepedulian masyarakat membantu musibah sesama manusia. Pemerintah pun memberi bantuan di titik-titik bencana banjir terparah.

Pada akhirnya seluruh masyarakat dengan media sosialnya, media lokal dan nasional ikut memberitakan masalah banjir ini, sehingga menjadi prioritas aksi dan reaksi dalam memberitakan opini isu terhangat negeri ini dalam also cepat tanggap yang dibutuhkan (CNN Indonesia.com, 02/01/2020).

Allah senantiasa mengingatkan umat muslim untuk saling menyayangi dan menolong dalam kebaikan, layaknya satu tubuh, jika Salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya juga.

Kekuatan persatuan saling menolong antar sesama manusia, merupakan ajaran yang diberikan Islam mulia sejak agama ini di turunkan oleh umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. Seperti yang disampaikan Rasul saw seorang muslmin menolong muslim lainya adalah jalan menuju surga.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”

Dibalik bencana bajir yang sedang viral ini, ada hal lain yang justru perlu juga di perhatikan oleh Bangsa ini. Apakah itu?

Ssaat ini Indonesia sedang mengalami masa “sensitifitas” pasca pemilu kemarin. Masa Kepemimpinan kabibet Indonesia Maju menorehkan berbagai catatan perjalanan masa kerja mereka. Namun yang Paling menonjol adalah kedekatan pemerintah dengan negara tirai bambu. Bantuan hutang dari negara tiongkok pun diambil pemerintah untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Perhatian masyarakat kini tidak hanya tertuju pada bencana banjir ibu Kota dan sekitarnya tetapi juga pada pengusiran kapal nelayan Indonesia yang diusir kapal Tiongkok di perairan laut Natuna. Kapal coast guard China turut mengawal kapal-kapal ikan dari negaranya yang mencuri di perairan Indonesia. Herman mengatakan, pada 26 Oktober 2019 anggota kelompoknya sempat diusir oleh kapal coast guard China, padahal sedang berada di wilayah Indonesia.

Nelayan kami diberi Peta oleh AL untuk mengetahui batas perairan Indonesia berdasarkan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) (CNBC Indonesia.com, 3/1/2020).

Beruntungnya masyarakat yang peduli Kedaulatan negara Indonesia tidak tinggal diam. Mereka melaporkan insiden ini kepada pihak terkait. Angkatan laut sebagai penjaga Kedaulatan perairan Indonesia bertindak tegas dengan mengusir kapal-kapal asing tersebut dari perairan Natuna.

Kekhaawatiran rakyat Indonesia sungguh beralasan karena insiden di atas dan klaim China atas wilayah perairan Natuna ini.

Di informasikan bahwa Prabowo dan Luhut mengadakan pertemuan guna membahas klaim tersebut.

Menurut Prabowo, solusi terbaik saat ini sangat tepat ketimbang mengambil langkah-langkah tindakan tegas. Sebab bagaimanapun kata dia, China merupakan negara sahabat Indonesia dalam hal perdagangan.

“Kita selesaikan dengan baik, bagaimanapun china negara sahabat,” tandasnya (Liputan6.com, 3/1/2020).

Masyarakat Indonesia saat ini tengah berharap ada tindakan tegas dari pemerintah, jangan sampai kekuatan hukum lemah dibawah bayang-bayang sang negara sahabat yang di sebut di atas. Menunjukkan Kedaulatan negara di udara, darat, dan laut merupakan kewajiban negara dalam melindungi wilayahnya dari invasi asing manapun.

Karena menjaga kesatuan wilayah dan kedaulatan negara bukanlah perkara yang bisa ditawar. Intervensi dan tekanan yang berasal dari kelompok, individu, dan negara lain (asing) harus ditolak. Baik yang nyata-nyata telah menimbulkan korban jiwa maupun tidak menimbulkan korban jiwa dari warga negara yang berdaulat.

Dalam Islam telah di jelaskan bahwa menjaga kesatuan dan persatuan hukumnya wajib. Hukum ini pun termasuk perkara yang sudah ma’lûmun min ad-dîn bi ad-dharûrah (diketahui urgensinya dalam ajaran Islam). Bukan hanya terkait dengan individu, tetapi juga kesatuan dan persatuan wilayah. Ini ditegaskan oleh Nabi SAW, “Jika telah dibaiat dua khalifah, maka bunuhlah yang terakhir di antara keduanya.” (HR. Muslim dari Abî Sa’îd al-Khudrî, no 3444).

Menjaga persatuan dan kesatuan dalam Daulah adalah kewajiban, dan memisahkan diri dari Daulah adalah keharaman yang telah dinyatakan dengan tegas dalam Islam. Karena itu, tidak hanya sanksi yang tegas, Islam bahkan menetapkan masalah ini sebagai qadhiyyah mashîriyyah bagi negara dan kaum Muslim. Qadhiyyah mashîriyyah yang dimaksud di sini adalah permasalahan yang harus diselesaikan.

Tindakan militer dalam menjaga keutuhan wilayah Khilafah ini bukan satu-satunya tindakan yang harus diambil oleh negara. Karena itu, Khalifah harus memperhatikan aspek lain, yaitu pendekatan politik. Tindakan tegas negara memang diperlukan, tetapi jika tidak disertai pendekatan politik, maka justru yang terjadi bisa sebaliknya. Contohnya lepasnya wilayah Balkan pada zaman Khilafah Utsmaniyyah.

Sehingga jelas, kedaulatan negara harus dilindungi dan di pertahankan dengan menunjukkan secara tegas bahwa Kedaulatan wilayah negara tidak akan di negosiasi demi alasan apapun. Perlunya pendekatan politik diperlukan hanya sebagai jalan membongkar kejahatan kaum kapitalis dan yang sejenisnya dalam menguasai dunia dengan berbagai cara.

Sekiranya hukum Allah yang digunakan maka permasalahan banjir dasyat seperti di Jakarta dan sekitarnya bahkan insiden klaim wilayah perairan di Natuna dapat teratasi dengan cara yang makruf. Wallahu a’lam bishawab.[]

Comment