RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Culture Project di bentuk tahun 2008. Berawal dari gagasan Zulkifly Pagessa, seorangsutradara teater yang juga berprofesi sebagai arsitek untuk terus menghidupkan karya- karya almarhum Hasan Bahasyuan, seorang seniman dan budayawan Kaili yang sangat produktif di Sulawesi Tengah pada tahun 60 an hingga 90an.
Proses mempelajari karya karya Hasan Bahasyuan ini justru memicu proses kreatif baru yang menghidupkan optimisme. Culture project harus punya karya sendiri. Apalagi tehnologi dan perkembangan ilmu hari ini dipandang lebih memudahkan dan Sangat meringkas rangkaian produksi yang sulit dilakukan seperti dizaman Hasan Bahasyuan.
Sebagai ‘proyek’ daya pikir dan rasa, penting untuk menemukan bentuk lain maka dimulailah upaya mengolah bentuk nyanyian dan spirit tradisi etnis Kaili kedalam garapan musik yang lebih populer. Dalam berkarya, Culture Project tak lagi membatasi musik sebagai peristiwa bunyi bunyian yang sekedar memberi hiburan tetapi musik juga hadir sebagai medium reflektif, edukasi, pembawa berita ,sekaligus pernyataan sikap atas pencapaian emosi, pikiran dan spritual.
Culture Project menghayati musik sebagai salah satu produk kebudayaan, dimana kebudayaan sebagai suatu proses yang tumbuh. Bahwa hari ini tak lepas dari apa yang terjadi dimasa lalu, yang berkontribusi dalam proses kebudayaan selanjutnya.
Setelah beberapa kali pergantian personil, Culture Project saat ini bertahan dengan dengan format Zhul Usman (vocal) , Umariyadi Tangkilisan (guitar dan vocal) serta Ayub Lapangandong (Bass vocal) dan Riyan Fauzi Azhari (Gitar, synthesizer, Vocal).
Culture Project berkomitmen untuk menggarap dan memanggungkan karya musik yang berpijak pada kekinian yang relevan terhadap lokal maupun global.[Budy ACe]
Comment