Siti Rahmah,S.Pd: Di Balik Euforia Pesta Kembang Api

Opini579 Views

RADARINDONESIANEWS. COM, JAKARTA – Menghitung hari, detik demi detik, masa ku nanti, apa kan ada jelang cerita kisah yang panjang.

Aduh ko jadi nyanyi sich ya? ups maaf. Tapi bener lho, kita tinggal menghitung hari ni karena sebentar lagi kita akan berpisah dengan tahun 2019. Tahun 2019 hanya tinggal tersisa beberapa hari lagi lho.

Eh kamu dear, ngapain aja nih di tahun 2019? Sudahkah target mu tercapai? Adakah kisah istimewa sudah kau ukir? Adakah perubahan yang dirasakan selama tahun 2019? Lalu sudah siapkah bertemu dengan 2020? Seperti yang disebutkan dilirik, sudah siap belum mengukir kisah yang panjang di tahun 2020? Bagi yang belum siap hayo bikin perencanaan biar tahun depan bisa terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Yang sudah punya targetan hayu disusun lagi biar matang.

Ritual Tahun Baru
By the way, buat kamu dear harus hati-hati menjelang pergantian tahun. Karena banyak jebakan yang memalingkan mu dari hal yang seharusnya dipersiapkan. Misal, yang harusnya sibuk dipersiapkan itu adalah bagaimana mengisi tahun depan dengan hal-hal yang bermakna, membuat resolusi dan planning baik jangka pendek maupun jangka panjang. Eh sayangnya generasi muda sekarang malah sibuk hanya dengan persiapan ritual tahunan.

Ritual yang sudah dianggap wajar bahkan seolah wajib bagi kaum muda-mudi menjelang pergantian tahun, biasanya berupa pesta tahun baru. Acara ini rutin diselenggerakan dan didukung oleh berbagai pihak sehingga acaranya begitu meriah. Pesta kembang api, dentuman petasan terdengar di seantero kota. Tidak lupa penampilan artis-artis ibu kota yang menambah suasana gaduh. Suara terompet seolah menjadi menambah afdhalnya acara pergantian tahun.

Sehingga tidak heran menjelang tahun baru dijalanan, toko-toko dan mall banyak menjajakan pernak-pernik perlengkapan pesta tahunan tersebut. Terompet, kembang api, petasan, topi kerucut dan lain-lain yang tidak pernah absen menjelang pergantian tahun baru. Selain pesta kemeriahan tahun baru juga biasanya diisi dengan berbagai acara pameran, jalan-jalan, konser atau bahkan sebatas pesta berbaque. Yang jelas kemeriahan pesta akan bisa dirasakan sepanjang malam.

Dibalik Pesta Tahun Baru
Bagi kamu dear pesta tahunan mungkin menarik apalagi selalu meriah, tapi ada hal penting yang harus kamu pahami. Apalagi jika identitas mu adalah seorang muslim. Kamu harus tau apa yang menjadi latar belakang perayaan tahun baru, kamu juga harus tau bagaimana agama kita memandang tentang pesta tersebut, dan yang lebih penting kamu harus paham bahwa seorang muslim harus terikat dengan hukum syara’ ketika berbuat.

Oke kita bahas satu persatu yuk. _Let’s go_ dear. *Pertama,* kita bahas tentang sejarah tahun baru Masehi. Perayaan tahun baru Masehi adalah hari raya kaum Pagan, kaum penyembah berhala yang ada sejak zaman Romawi. Tahun Masehi dibuat oleh biarawan Katholik yaitu Dionysius exiguus. Dia ditugaskan oleh Vatikan untuk membuat penanggalan Masehi, yang titik tolaknya hari natal.

Maka dibuatkanlah penanggalan tahun masehi oleh Dionysius exiguus yang diberi nama Anno domini. Anno domini artinya tahun tuhan kita. Tuhan kita artinya tuhan bangsa Romawi, siapa Tuhannya orang Romawi? Tuhannya orang Romawi yaitu Yesus Kristus. Lalu pergantian tahun baru dirayakan oleh kaum Muslimin, apakah kaum muslimin yang merayakan tahun baru tidak murtad?

*Kedua,* Rasulullah sudah mengingatkan umatnya tentang larangan mengikuti budaya dan kebiasaan agama lain. Rasulullah bersabda: _”Man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum”_

yang artinya _”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia menjadi bagian dari kaum tersebut.”_
*(HR. Abu Daud)*

Hadits ini tentu saja menjadi peringatan bagi kaum muslim, yang disebut Allah dengan predikat sebagai _kuntum khoiro Ummah ukhrijat Linnas_ yaitu sebaik-baik umat di antara semua manusia yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Predikat ini tentu saja disematkan agar umat Islam mampu menempatkan diri dalam pengamalan syariat Islam secara Kaffah. Didalamnya termasuk menjaga dirinya agar tidak _tasyabbuh_ atau tidak meniru kebiasaan kaum kuffar.

Namun, nyatanya di akhir tahun masih banyak kaum muslimin terutama elit penguasa dan tokoh publik, demi menghindari diri agar tidak dicap intoleran akhirnya ikut-ikutan merayakan Natal dan Tahun Baru. Padahal sudah sering diingatkan oleh para ulama yang shohih atau aktifis dakwah, bahwa merayakan keduanya pada hakekatnya adalah haram. Karena mengikuti kebiasaan orang kafir, seperti sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam datang ke Madinah, kebiasaan orang Madinah waktu itu merayakan hari raya orang versi yang disebut nairuz dan mahrajan sehingga Rasulullah waktu itu melarangnya. Beliau bersabda yang artinya:

_”Sesungguhnya bagi setiap kaum itu ada hari rayanya dan ini adalah hari raya kita”_
*(HR. Bukhari Muslim)*

*Ketiga,* Ketika umat Islam merayakan tahun baru, berarti dia sedang merayakan hari rayanya orang Nasrani, selain itu pesta yang diadakan ketika tahun baru tidak lepas dari pesta kembang api yang merupakan budaya majusi. Begitupun dengan budaya meniup terompet adalah budayanya orang-orang Yahudi. Sehingga ketika mereka merayakan tahun baru Masehi saat itu mereka sebenarnya sedang disesatkan oleh tiga agama, yaitu yahudi, Nasrani dan majusi.

Bagaimana dear masihkah mau ikutan pesta perayaan tahun baru?

Comment