RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Bagaimana dengan Indonesia, negeri mayoritas muslim ini?
Sangat ironis bahwa di negeri mayoritas muslim ini, Indonesia masih terpapar oleh virus HIV/AIDS. Sebuah kenyataan yang sangat memalukan.
Penyakit mematikan Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immuno Defeciency Syndrome ( HIV/ AIDS ) terus meningkat dibeberapa daerah, begitupun di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Penderita penyakit mematikan ini didominasi oleh kalangan usia muda antara 15 – 35 tahun.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur mencatat hingga Agustus 2019, penyakit ini sudah mencapai 125 orang.
Jumlah tersebut diantaranya di Cianjur Selatan 30 persen, Cianjur Kota, Utara, dan Barat 70 persen, dari total 125.
Angka ini belum termasuk 11 orang di antaranya adalah kawula muda yang berusia 14 tahun.
Besar kemungkinan jumlah warga Cianjur yang terjangkit HIV / AIDS akan terus meningkat dibandingkan tahun lalu.
Sebagian besar dari korban akibat hubungan seks menyimpang laki-laki seks laki-laki (LSL) yakni 40 persen, dan yang lainnya adalah ibu rumah tangga, pekerja seks komersial dan beberapa kelompok lainnya.
Laki-laki seks laki-laki (LSL) paling rentan terjangkit HIV / AIDS, sehingga tak mengherankan jumlah penderita terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pemicu maraknya LSL,selain soal orientasi seksual, yaitu gaya hidup dan tuntutan ekonomi, dijanjikan dan diiming-imingi materi.
Atau juga bisa dikarenakan ‘broken home’, mencari pelarian yang akhirnya bergabung dengan suatu kominitas yang dianggap dspat memberi rasa nyaman dan atau karena memiliki masa lalu yang buruk, seperti pernah menjadi korban sodomi.
Kasus HIV / AIDS ini merupakan fenomena gunung es, sehingga menjadi potensi bahaya bagi masyarakat.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Cianjur terus melakukan langkah untuk menekan perilaku seks menyimpang tersebut namun terkendala karena keberadaan LSL sulit terdeteksi.
Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan berbagai upaya, mulai dari penyuluhan, pendampingan, upaya jemput bola, hingga sosialisasi alat kondom dan yang lainnya namun belum membuahkan hasil yang diharapkan.
Selama sistem liberalisme dan sekulerisme masih bercokol kuat, maka tidak akan ditemukan sebuah solusi yang bisa menyelesaikan masalah ini secara tuntas hingga akarnya.
Sistem liberalisme sangat membuka peluang bagi kebebasan individu melakukan apa saja sesuai dengan apa yang diinginkannya tanpa mengenal aturan agama.
Di samping itu, sekularisme yang menguat dan memisah persoalan agama dari kehidupan justeru menambah semrawut persoalan dan solusi. Hal lain yang menjadi sekat dalam menemukan titik temu persoalan itu adalah HAM.
Islam sejak pertama kali hadir di muka bumi ini menjadi satu satunya solusi. Jazirah Arab bisa menjadi bukti betapa Islam mampu memberi jawaban terhadap segala persoalan. Arab yang sebelum kehadiran islam hidup dalam kejahiliyahan itu kemudian tampil menjadi sebuah masyarakat cerdas dan menjadi pemimpin dunia.
Islam mengatur segala aspek kehidupan dan apapun yang terkait dengan persoalan kehidupan manusia itu tidak terlepas dari aturan Islam yang universal.
Islam memiliki aturan pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Islam memerintahkan perempuan untuk menjaga kehormatan, menutup aurat secara syar’i, begitupun laki-laki diperintahkan menjaga kehormatan dan menundukan pandangan.
Laki- laki dan perempuan berinteraksi sesuai syariat tidak melakukan ikhtilat.
Islam mengaharamkan zina,tetapi diperintahkan menikah sesuai syariat jika sudah siap,namun jika belum berpuasalah.
Islam juga mengaharamkan khamr, narkoba dan yang lainnya yang dapat merusak akal manusia.
Selain itu juga ada peran negara dalam memberantas sarana-sarana kemaksiatan, seperti lokalisasi, night club, diskotik dan sejenisnya, sehingga tidak ada celah untuk melakukan kemaksitan.
Terakhir, sebagai salah satu dari sekian banyak solusi, harus ada sangsi atau hukuman yang tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran. Wallahualam bi showab.[]
Comment