Pariwisata Bali Diobral ke Tiongkok, Koster: Ini Masalah Serius, Harus Diusut Tuntas

Berita415 Views
Gubernur Bali I Wayan Koster bersama Bupati Badung
RADARINDONESIANEWS.COM, DENPASAR – Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, adanya dugaan permaian mafia yang menjual murah pariwisata Bali ke Tiongkok (China) merupakan masalah serius bagi Bali. Ia menegaskan masalah ini harus diusut tuntas. “Ini bukan masalah sepele, ini masalah serius bagi Bali. Mesti diusut dan jangan Bali dijadikan seperti ini,” tegas Koster di Denpasar, Senin (15/10).
Dirinya akan berkoordinasi dengan Konsulat Tiongkok di Bali, PHRI dan Komponen pariwisata lainnya di Pulau Dewata untuk membahas masalah ini. “Kami ingin memastikan Pariwisata Bali tidak dijual murah. Apalagi ada praktek – praktek aneh dalam kasus ini. Kami akan berkoordinasi dengan pihak Tiongkok, PHRI dan komponen pariwisata lainnya untuk membahasnya,” kata Koster.
Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menegaskan, pariwisata Bali tak boleh dijual murah. Bali sebagai destinasi wisata unggulan dunia, kata Koster, akan ditata dengan baik menjadi Pariwisata berkualitas (Qualituly Tourism). “Saya berkomitmen untuk membangun pariwisata Bali menjadi pariwisata berkualitas,. Adanya praktek-praktek aneh yang menjual murah pariwisata Bali harus ditindak tegas,” tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah pelaku pariwisata di Bali yang selama ini menangani wisatawan China mengeluhkan ulah travel agent yang menjual murah pariwisata Bali ke wisatawan China. Mereka menyebut fenomena ini sudah berlangsung sekitar 2-3 tahun terakhir. Tahun ini bahkan semakin parah karena dijual dengan paket harga yang semakin murah. Travel Agent berlomba-lomba menjual murah paket wisata Bali. Sebelumnyanya dijual 999 RMB (Renin Bi) atau sekitar Rp2 juta. Belakangan ini dijual lebih murah lagi. Mulai 777 RMB atau sekitar Rp 1,5 juta, turun lagi menjadi 499 RMB atau sekitar Rp 1 juta, bahkan sudah sampai 299 RMB sekitar Rp 600 ribu. Harga tersebut sudah termasuk tiket pesawat pulang pergi, makan dan hotel untuk 5 hari 4 malam.
Mereka mengungkap ada permainan mafia yang dilakukan pengusaha asal Tiongkok. Pengusaha tersebut membangun usaha Artshop di Bali yang jumlahnya cukup banyak. Pengusaha Artshop inilah yang mensubsidi kedatangan wisatawan ke Bali dengan biaya murah tersebut. Kendati memberi subsidi, mereka tetap akan meraup keuntungan. Sebab, wisatawan asal China yang jumlahnya banyak tersebut, wajib berbelanja di Artshop milik pengusaha China tersebut.
Travel Agent yang menangani mereka yang mengarahkan wisatawan tersebut untuk berbelanja di Arshop tersebut. mereka sudah seperti beli kepala, wisatawan itu wajib belanja di toko (Artshop) itu.
Mirisnya, selama lima hari wisatawan China itu di Bali, hanya satu hari saja mereka menjalani tour, dan itu hanya ke satu Objek Wisata. Waktunya banyak dihabiskan untuk belanja di artshop milik pengusaha China.
Dengan permainan seperti ini, Bali tidak mendapat keuntungan dari kunjungan wisatawan Tiongkok. Kasarnya, kata mereka, Bali hanya dapat sampahnya. Ia melanjutkan dengan pola tour yang hanya mengunjungi satu obyek wisata, wisatawan merasa ditipu. Sebab, mereka ke Bali untuk mengunjungi sejumlah obyek wisata, namun hanya satu obyek wisata yang didatangi. Hal ini juga merugikan citra pariwisata Bali. Wisatawan berpandangan bahwa Bali tidak menarik, sehingga mereka tidak akan kembali lagi. [Amb/suksesinews]

Comment