Minah, S.Pd.I |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tidak terasa sekarang memasuki bulan rabi’ul awwal, momen dimana umat islam mengenang akan kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni Maulid Nabi. Tepatnya pada tanggal 12 Rabi’ul awwal.
Beberapa kalangan memperingati maulid Nabi ini dengan berbagai cara, beberapa sekolah mengundang para penceramah dengan kajian yang bertemakan Maulid Nabi, sholawat Nabi, ngaji bareng. Pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlak Rasulullah untuk diteladani.
Hal ini umat menunjukkan kecintaannya kepada Rasulullah, rindu kepada Rasulullah. Agar hanya beliau yang menjadi teladan umat Islam.
Kita sangat rindu saat-saat mengenang Rasulullah, begitu besar pengorbanan Beliau demi umat Islam. Ketika awal beliau diutus menjadi Rasul, beliau berusaha semaksimal mungkin mengubah masyarakat jahiliyah agar memeluk Islam serta memperjuangkan Islam. Dari kegelapan hingga menuju cahaya.
Namun, itu semua tidak mudah, Rasulullah ditentang, dicaci maki, diboikot, bahkan dilempar dengan batu, maupun kotoran-kotoran hewan. Serta akan dibunuh jika terus menyebarkan Islam, akan tetapi Rasulullah tidak pernah menyerah ataupun putus asa, namun Rasulullah terus berjuang, hingga banyak yang mengikuti beliau, mulai dari istrinya serta sahabat-sahabatnya.
Mereka berjuang demi kemuliaan Islam walaupun harus mengorbankan waktu, tenaga, harta bahkan nyawa. Itu hanya demi meraih keridhoan Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Hingga dakwah Islam pun tersebar keseluruh dunia hingga sekarang.
Masyaallah, sampai detik ini kita masih merasakan nikmat Islam. Dan sudah seharusnya kita bersyukur, taat kepada Allah serta meneladani Rasulullah. Kalau kita pikirkan, apa yang terjadi jika Rasulullah tidak menyebarkan Islam?
Begitu besar cinta Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wassalam kepada umatnya, hingga detik-detik sebelum meninggal beliau terus memikirkan ummatnya.
Di saat detik detik kepergian beliau, Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril ” Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Jibril menjawab “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” namun, itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga- bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Ketika saat sakaratul maut yang begitu sakit, Rasulullah yang berucap bahwa limpahkan sakit sakaratul mautnya hanya pada beliau, jangan ke umatku dan terakhir berkata.
“Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai seperti Rasulullah?
Apa yang sudah kita lakukan bukti cinta kita kepada Rasulullah? Bagaimana kita meneladaninya?
Begitu cintanya Rasulullah terhadap umatnya, hingga akhir kepergiannya, beliau menyebut ummatnya.
Wahai saudariku… begitu besar cinta Rasulullah kepada kita, beliau hanya mewasiatkan 2 pada kita agar kita selamat dunia dan akhirat. Yakni berpegang teguh pada alquran dan as sunnah.
Oelh karena itu, Kita sebagai hamba Allah sudah seharusnya tunduk dan taat pada Allah dan meneladani Rasulullah, agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
Karena bukti cinta kita kepada Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wassalam adalah meneladani Rasulullah dalam segala aspek kehidupan, mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah, menjalankan syariat Islam, senantiasa tunduk dan taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Wallahua’lam.[]
Penulis adalah anggota Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban
Comment