Yuli Ummu Raihan: Meneladani Sang Teladan

Berita477 Views
Yuli Ummu Raihan
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hari ini 20 November 2018 atau bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1440 H kaum muslimin mengenang, memperingati, dan merayakan kelahiran baginda nabi Muhammad SAW.
Mengenang momemtum kelahiran Nabi SAW sangatlah penting, sebagai upaya memfokuskan kembali perhatian kita khususnya kaum muslimin pada sosok manusia yang mulia dan paling berjasa sepanjang peradaban, agar menjadikan beliau satu-satunya sosok teladan baik sikap, perkataan, dan kebijakannya menjadikan beliau uswah hasanah bagi semua aspek kehidupan bukan hanya parsial tapi secara kaffah.
Sungguh pada diri Rasululloh SAW terdapat suri tauladan yang baik baik dalam membangun keluarga, masyarakat bahkan negara. Maka mengenang beliau hendaknya juga diiringi dengan merealisasikan teladan beliau dalam menjalani hidup dan menata kehidupan agar kita bisa sukses dunia dan akhirat.
“Sungguh telah ada pada diri Rasululloh itu suri tauladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari akhir serta banyak menyebut Allah ( QS. Al Ahzab :21 )
Baginda Nabi saw adalah sosok yang maksum ( terbebas dari dosa) tapiy beliau adalah orang yang paling keras mujahadahnya dalam ibadah, lalu bagaimana dengan kita?
Beliau adalah pribadi yang paling mulia akhlaknya ibunda Aisyah menyebut ” akhlak beliau adalah Al quran, beliau tidak pernah berlaku keji, mengucapkan kata-kata kotor, pemaaf dan pengampun” ( HR Ahmad).
Dalam berkeluarga beliau adalah sosok kepala keluarga yang sesungguhnya akhlak beliau pada istri, anak, dan cucunya begitu mulia. Dalam bergaul dengan teman, tetangga, bermuamalah karna beliau juga seorang pedagang sangatlah terpuji.
Teladan beliau yang banyak alfa bagi kaum muslimin saat ini adalah dalam kepemimpinan yaitu dalam bernegara, berpolitik baik dalam maupun luar negri. Bagaimana beliau menjalankan roda pemerintahan, menerapkan hukum bagi setiap problematika umat,  menyelesaikan persengketaan, mengatur ekonomi, kehidupan sosial beragama, dan dakwah.
Maka seharusnya kita meledani semua keteladan beliau bukan hanya dalam segi akhlak dan ibadah semata tapi keseluruhan tanpa pilah pilih.
Allah SWT berfirman, “Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian ,terimalah. Apasaja yang dilarang maka tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah amat keras hukumannya ( QS. Al Hasyr: 7).
Maka harus kita pahami dan yakini bahwa beliau tidak hanya penyampai risalah saja, tapi pemimpin yang wajib ditaati disetiap perintah dan larangannya. Dan bukti keimanan kepadanya adalah menjadikan Rasul SAW sebagai hakim atas semua persoalan kehidupan kita, tanpa sedikitpun keraguan. Dan Rasul sudah meninggalkan bagi kita pedoman berupa syariah Islam kaffah yang  harus diterapkan.
Dalam pemerintahan beliau mencontohkan bagaimana membangun dan menyusun struktur pemerintahan, beliau menunjuk langsung penguasa baik muawin, wali, amil, dan mengangkat para panglima dan komandan pasukan , membentuk satuan kepolisian, menganggkat qodhi( hakim), pegawai administratif yang disebut katib untuk berbagai urusan, mengurusi baitul mal, menyediakan fasilitas saranan dan prasarana pendidikan, kesehatan, menjaga harta, jiwa, dan kehormatan rakyatnya.
Dalam menjalani syariah Islam beliau juga sangat konsisten, menolak kompromi untuk tidak menerapkan syariat, tegas dalam meerapkan hukum dan pilah pilih bahkan beliau sendiri mengatakan “Andai Fatimah mencuri maka aku sendiri yang akan memotong tangannya”.
Beliau menyatukan dan meleburkan masyarakat yang dipimpinnya menjadi kesatuan umat dengan ikatan yang kokoh yaitu akidah hingga tak adalagi perbedaan suku, ras, bahasa, adat, dan lainnya hanya ada Islam Menghilangkan ikatan ashabiyah.
Dan yang paling penting beliau mempunyai misi agung yaitu mengemban dakwah Islam keseluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Hingga penerapan Islam merambah keberbagai negri dan menebar rahmat bagi sekalian alam.
Setelah beliau wafat misi ini dilanjutka oleh para sahabt yang disebut era khulafaur Rasyidin, para khalifah bani abbasiyah, umayyah hingga kekhilafan Islam terakhir Turki Usmani yang diruntuhkan dan berganti menjadi Republik Turki oleh laknatullah alaihi Mustafa kemal Attarturk 3 Maret 1924 lalu.
Sejak saat itu Islam hanya dijadikan sebagai ibadah ritual semata, dipakai hanya saat kelahiran, pernikahan dan kematian sementara dalam urusan lainnya kaum muslimin mengambil tauladan atau hukum non Islam (kafir) hingga jadilah kita sekarang mengalami masalah demi masalah yang tak kunjung selesai.
Maka dari itu marilah kita maknai momentum kelahiran Nabi ini dengan kembali pada syariat Islam secara kaffah, campakkan semua hukum kafir yang jelas-jelas tak membawa manfaat didunia apalagi di akhirat wallahu a’lam bishowab.[]

Penulis adalah member akademi menulis kreatif, Tangerang

Comment