Ulfah Husniyah |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – OBOR (One Belt One Road) atau biasa juga disebut jalur sutra, adalah mega proyek gagasan Tiongkok yang akan melintasi 65 negara dan menghubungkan antara Asia, Afrika hingga Eropa. Proyek ini menelan dana mencapai 8 Triliun USD Amerika Serikat atau senilai Rp 113.000 Triliun.
Jalur sutera digagas 140 tahun SM oleh Dinasti Han, menjadi jalur perdagangan strategis yang melewati negara-negara penjuru dunia dan termasuk juga Indonesia pada saat itu. Jalur sutra bukan hanya sebagai penghubung perdagangan saja tetapi sebagai penyebaran Ideologi, dan juga kultur sosial tertentu.
Jalur sutra baru yang digagas oleh Xin Jiping dimulai sejak tahun 2013, kemungkinan jalur sutra ini akan menghubungkan negara-negara Asia, Afrika hingga Eropa pada tahun 2049 nanti. Jalur ini tak hanya menghubungkan jalur darat saja, tetapi juga jalur laut dan juga kereta.
Di Garut, pada tanggal 12 Mei 2019 diadakan Multaqo Aswaja yang menolak proyek OBOR ini. Multaqo Aswaja ini dihadiri lebih dari seribu ulama, kyai, habaib, pengasuh pondok pesantren, serta muhibbin dari seluruh Indonesia.
Dalam pandangan para ulama, proyek OBOR ini hanya membuat Indonesia buntung, tidak ada manfaat sama sekali, Indonesia akan menjadi jajahan baru bagi China. Mereka juga kwatir dengan ancaman ideologi komunis yang pernah membantai kaum muslimin di masa lalu akan terulang kembali. Apalagi penandatanganan kerjasama ini nampak dipaksakan, di tengah hiruk pikuk proses Pilpres yang belum selesai, ditandai dengan berbagai kecurangan yang diperdebatkan. Para ulama yang berkumpul sepakat menolak kerjasama Indonesia China lewat Proyek OBOR ini.
Sudah seharusnya para ulama berada di garda terdepan untuk menghadang imperialisme baru China yang akan merusak generasi umat Islam, dengan masuknya Indonesia kedalam perjanjian tersebut, sudah dipastikan pihak China lah yang lebih banyak diuntungkan, tak hanya secara ekonomi, bisa dipastikan penyebaran Ideologi komunis akan lebih massif lagi di Indonesia, tak kalah dengan budaya-budaya luar yang sedikit demi sedikit mulai mempengaruhi negeri ini. Jadilah Indonesia kehilangan jatidirinya sebagai negara dengan mayoritas muslim.
Maka dari itu, ulama dan masyarakat haruslah bersinergi untuk menghadang imperialisme gaya baru ini, kita berjuang bersama membumikan dakwah Islam untuk menerapkan syari’at Islam di muka bumi ini sehingga umat Islam memiliki perisai dari penjajahan asing dan akidah umat Islam bisa terjaga.[]
*Seorang guru di Sumedang
Comment